HANYA DEPARTEMEN HSE YANG (HARUS) TERLIBAT DI KEGIATAN K3L?
Ini menjadi topik pembahasan kami sewaktu menset sistem K3L di suatu perusahaan yang cukup besar dan pekerja di perusahaan belum terbiasa dengan adanya sistem K3L. Ada pendapat bahwa kegiatan berhubungan K3L adalah punya departemen HSE (health safety and environment), sehingga mulai budget, kegiatan dan evaluasi dilakukan oleh departemen HSE. Intinya departemen yang ada melakukan kegiatan kerja lalu masalah risiko atau dampak lingkungan diserahkan ke departemen HSE bahkan ketika ada kecelakaan timbul anggapan bahwa team HSE nya kurang kompeten. Saya membayangkan Kondisi perusahaan tersebut sama seperti seorang supir disuruh ke daerah A yang berjarak 10 Km dalam waktu 10 menit, si supir hanya berpikir sampai ke tujuan dalam waktu 10 menit dan aspek yang lain yang berhubungan dengan tugas dia sebagai supir diserahkan ke orang lain, padahal yang pergi supir itu sendiri. Bagaimana kontrol batas kecepatan aman (safety), bagaimana kalau si supir ugal-ugalan dengan menekan gas sembarangan (lingkungan), bagaimana kondisi ban, kondisi lampu, dll? Apakah mungkin sepenuhnya kontrol diserahkan ke orang lain dan si supir hanya fokus mengendari ke tujuan yang ditentukan? Secara logikanya tidak bakal optimal bukan? Jadi seharusnya K3L adalah aspek yang MELEKAT DI DALAM TIAP PEKERJAAN DAN PEKERJANYA SENDIRI. TIDAK BISA TIDAK AGAR HASIL OPTIMAL. Semua harus berperan dalam bagaimana kegiatan lebih efektif dengan memperhatikan K3L. Saya setuju kalau K3L itu dilakukan bukan pendekatan patokan tool tertentu, tetapi disesuaikan dengan kondisi lapangan, ya semua menjadi engineer K3L yang berpikir mengenai risiko ke kesehatan dan keselamatan pekerja juga lingkungan.
Pekerjaan pada tiap proses intinya menghasilkan output yang membuat perusahaan terus hidup dan berkembang, kemudian dihubungkan dengan keterlibatan karyawan di K3L untuk menghasilkan output kerja atau output perusahaan yang sesuai harapan atau lebih dari harapan (ini teori). Aktualnya? Tetap dokumen K3L sebagai pajangan dan departemen HSE terlibat dominan di setiap kegiatan K3L dibanding departemen yang lain. Lalu bagaimana memaksa karyawan berpartisipasi di dalam sistem MK3L yang seimbang? Akhir dari diskusi ini, disetujui adanya penambahan penilaian K3L yang mempunyai porsi penilaian yang sebanding dengan penilaian sudah ada (Pemenuhan target proses / perusahaan, penilaian hard skill, soft skill dan absensi). Sehingga sekarang timbul 5 porsi penilaian yang sama Kemudian untuk penilaan K3L difokuskan terhadap penilaian kegiatan kolektif dan partisipasi:
- Penilaian bersifat kolektif, bila ada complain external terhadap aspek K3L yang disebabkan secara mendasar oleh suatu departemen atau adanya incident yang merugikan dan dinilai merugikan perusahaan dengan nilai tertentu dan disebabkan oleh suatu depertemen maka semua penilaian individu di departemen tersebut akan dinilai rendah
- Penilaian Partisipasi dengan menghitung jumlah ide / sumbang saran terkait dengan K3L. Disepakati jumlah ide dengan porsi nilai. Ini memang menjadi kendala dalam proses tabulasi sampai menjadi point penilaian
Kemudian kedua penilaian ini dijumlahkan dan dikalikan dengan pengali 20%.
HASIL
9 bulan sesudahnya memang dinilai ada perbedaan, adanya perbedaan pola pikir di semua karyawan terhadap aspek K3L, mereka menyadari bahwa K3L merupakan bagian dari pekerjaan yang harus ada dan mulai diyakini berkontribusi terhadap hasil yang lebih efesien. Kami lihat dari jumlah sumbang saran dan konsistensi pelaksanaan aturan K3L yang berlaku.
Bagaimana di tempat kerja rekan-rekan? Apakah pekerja sudah memamami bahwa K3L adalah bagian dari kerja mereka?
www.improvementqhse.com