KETIKA ADA INCIDENT, APAKAH BISA SALAHKAN PEKERJA PELAKSANANYA?

Maksudnya judul tulisan ini adalah kalau ada insiden seperti kecelakaan kerja, barang rusak, atau kejadian lain APAKAH KITA BISA MENYALAHKAN PEKERJA  DI PROSES ITU? Apalagi kita sudah mempunyai sistem yang tersertifikasi dan bahkan sudah lama disertifikasi.

Saya akan coba terangkan dari lima perspektif mengenai human error, yaitu: COGNITIVE, ERGONOMIC, PSYCOSOCIAL ORGANIZATIONAL DAN AEROMEDICAL. Ke-5 perspektif ini tidak saling meniadakan satu dengan yang lainnya, malah menguatkan (Weigmann & Shappel). Konsep ini tergambar seperti feature artikel ini:

  1. PERSPEKTIF COGNITIF melihat ada tahapan dalam melakukan pekerjaan, mulai dari memberi perhatian (attention), mengenali pola (pattern) dan pengambilan keputusan (decision making). Error menurut perspektif ini bisa terjadi pada setiap tahap dalam proses mental seseorang. Jadi kalau kita analisa penyebabnya maka kita mesti pastikan di tahapan mana sebenatnya error ini terjadi atau mungkin terjadi. Kalau sudah bisa dipastikan, maka akan jelas bagaimana penanganannya. Misalkan pada Error tahap :
    • Attention, mana bisa memberi perhatian di pekerjaan itu kalau pencahayaan yang kurang, cycle time kerja yang terlalu cepat, kebisingan yang tinggi dll.
    • Decision making, jelas saja ada potensi salah tindakan bila aturannya sifatnya masih general, misalkan ketika ada proses abnormal seperti ini mesti disebutkan reaksinya bisa adjust atau lapor, nah ini kapan lapor atau adjust proses belum detail diatur atau disosialisasikan.

Antisipasi untuk aspek ini bisa dimulai dari proses rekruitmen pekerja, cara seleksi pekerja sangat berperan  .

  1. PERSPEKTIF ERGONOMIK. Ergonomik merupakan aspek yang memberikan perhatian optimal dari pekerja yang berinteraksi dengan mesin, error disebabkan karena MISS MATCH/ TIDAK FIT/TIDAK COCOK pekerja ke lingkungannya, maksudnya pernahkah dipastikan kondisi FAKTOR JANGGAL sebagai penyebab incident di tempat kerja kita? Misalkan Menunduk terlalu lama, mengangkat tidak pakai alat bantu. Pointnya kita melakukan kerja dengan ditambahkan satu tugas lagi untuk membuat posisi postur kita FIT ke mesin/alat kerja/lingkungan kerja, dan postur janggal ini membuat cepat letih sehingga sangat berpotensi menimbulkan incident. Jadi perspeksif ergonomik mengatakan pekerja bukan merupakan sumber error
  2. PERSPEKTIF PSYCOSOCIAL, perspektif ini menggunakan pendekatan perilaku yang lebih humanistic, yang menekankan suatu kegiatansebagai upaya sosial yang melibatkan interaksi antara berbagai individu, termasuk pekerja itu sendiri, supervisor, Supplai material, QC patrol, manager dan pihak-pihak lain . Jadi walaupun pelaksana berbeda beda tampaknya, tetapi sebenarnya mereka bekerja sama sesuai dengan urutan sampai tujuan akhir dan target pekerjaan itu dilakukan sesuai. Tetapi sejauh mana kita sudah pastikan tindakan mereka itu sangat bersinergi /mendukung satu sama lain? pasti kita jawab pastilah bersinergi, tetapi seperti apa gambaran sebenarnya? Jangan-jangan masing-masing atau operator itu hanya bekerja melihat dari tugasnya saja tanpa melihat dampak ke proses berikutnya? Apa atau bagaimana bukti bahwa operator sudah didukung sepenuhnya? Jangan-jangan sebenarnya malah berbeda: departemen /proses lain saling bersaing, bukan anggap proses lain sebagai pelanggan, kurang adanya koordinasi, kurang tim work, atasan hanya bisa menyuruh saja tanpa mengetahui detail pekerjaan atau mengetahui proses (atasan berfungsi sebagai struktur bukan fungsi) dan masalah yang ada belum dianalisa tuntas detailnya (miskin data). Tetapi kalau ada error kenapa langsung menyalahkan operator/pekerja floor itu?
  3. PERSPEKTIF ORGANISASI, perspektif ini menyatakan bahwa error terjadi juga pada tingkat pengawas/supervisor dan tingkat organisasi. Ujung-ujungnya karena pengawas dan organisasinya yang menyebabkan incident/error terjadi. Ini hampir sama dengan proses kecelakaan, dimana pengawasan dan peran organisasi sebagai dua urutan penyebab kenapa kecekaan terjadi.
  4. APSEK AEROMEDICAL, Error atau kesalahan hanyalah gejala dari kondisi mental atau fisiologis yang mendasari seperti penyakit atau kelelahan. Kenapa Aero, karena sebenarnya perspektif ini untuk dipakai oleh Weigmann & Shappell untuk menganalisa error di penerbangan. Kalau kita mereview ke perspektif ini, adakah fungsi di perusahaan sudah melihat aspek ini dengan benar? Jangan-jangan mendiamkan, pokoknya pekerja yang sudah tidak benar, apapun itu kondisninya, akan jadi object penderita atau dimutasikan atau dibuat tidak betah

OK, kalau lihat 5 perspektif ini, saya pikir agak susah ya langsung menyalahkan pekerja. Tulisan pendek ini sebenarnya mengajak untuk kita memperkuat analisa secara konfrehensip (keseluruhan). Dalam menganalisa masalah di tempat kita, pastikan bahwa aspek yang kita bahas adalah benar-benar menyentuh fundamental penyebabnya. Pengamatan dengan data (banyak data ) sangat diperlukan untuk memperkuat ini, dan tentu bukan hanya satu bagian saja yang mengamati. Di Sistem IATF 16949 mengenal istilah Error Proving/Pokayoke, sistem antisalah, yang coba melihat kelemahan pada hal-hal yang krusial bisa diidentifikasi di awal tanpa terus mendiamkan error atau produk yang rusak terjadi,  memang tidak semua bisa kita POKAYOKEKAN walau era digital seperti ini, tetapi minimal buatlah BEKERJA NYAMAN DENGAN MENGEDEPANKAN SIKAP TIDAK CEPAT MENYALAHKAN.

 

Salam Sehat

www.improvementqhse.com

Bila perusahaan bapak dan ibu ingin training K3 tentang INVESTIGASI KECELAKAAN, atau terkait POKAYOKE/ERROR PROVING dan ROOT CAUSE ANALISIS, silahkan hubungi kami di sales@improvementqhse.com