Training FMEA AIAG-VDA yang kami ikuti langsung dari AIAG tidak memberikan kami banyak masukan teknik pembuatannya, ya KAMI SUDAH TAHU FMEA EDISI 4! (bangga rasanya?). Training FMEA AIAG-VDA sampai dengan materi pertengahan tidak memberikan kami hal yang baru secara teknik, tetapi yang kami banyak dapat adalah MINDSET POSITIVE dari FMEA (risk assessment), dan itu terus terang sangat mengganggu pikiran kami.
Nah mau tahu? Beberapa hal yang mengganggu pikiran kami? Mengenai APA YANG SERING DILAKUKAN OLEH YANG MEMBUAT FMEA (TDK BOLEH):
- MEMPUNYAI PRIORITAS ATAU KRETERIA YANG SALAH sehingga menyebabkan risk yang tidak tepat yang jadi prioritas. Fokus ke RPN kecil (misalkan di bawah 100), lalu mengasumsikan severity yg tinggi (high risk) tidak bakal terjadi. Padahal FMEA itu assessment Risiko, ketika belajar awalnya harus berpikir seolah-olah semua event itu terjadi, ya bahkan event dengan risiko tinggi.
- OCCURANCE BANYAK PAKAI ASUMSI, apalagi dengan metoda baru lalu dengan asumi bahwa defect produk ada yang lolos ke ujung proses atau ke customer adalah hal yang tidak mungkin!. Biasanya pekerja-pekerja seperti ini tidak mau repot untuk membuat pengamatan, ya ada yang mengatakan penelitian di Indonesia banyak yang tidak berguna (diaplikasikan), lebih banyak teori. Masih mending teori sebenarnya, yang parah memakai asumsi-asumsi yang tidak berdasar.
- TINDAKAN TERHADAP RISIKO BUKAN POKAYOKE, dominan bikin intruksi kerja atau kasih training. Padahal kalau sudah jadi intruksi kerja, dibacapun jarang, dan perlu diingat training itu hal yang paling dasar dalam tahap memberikan perubahan.
- DEFECT PRODUKNYA BELUM DIPAHAMI, belum diidentifikasi detail, sama dengan mau perang tidak kenal musuhnya. Seolah-olah gagah penampilannya dengan senjata (baca dengan kompetensi yang baik), tetapi sayangnya tidak kenal defectnya. Akhirnya tindakan-tindakan improvement kita malah membuat kita tidak berdaya, defectnya tidak turun-turun padahal kita sudah extra-keras bertindak.
- BINGUNG DENGAN ISTILAH DETECTION DAN PREVENTION. Nah ini sangat banyak terjadi. FMEA mengajarkan dua bentuk kontrol: detection dan prevention. Kalau salah satu itu tidak ada, artinya masih ada yang pincang bentuk kontrolnya. Nah tidak memahami konsep detection dan deteksi bisa menganggap kontrol detection dan prevention sudah dilakukan, padahal hanya detection saja atau prevention saja.
- RISK KRITIKAL MASIH ADA SAJA, baik itu berbentuk defectnya, kontrolnya yang belum POKAYOKE, belum dipahami dll. Berpikir target FMEA itu ya ada FMEAnya saja, lalu kalau diaudit customer atau badan sertifikasi akan aman, tujuan FMEA belum dilihat dari Risikonya berkurang atau hilang.
- Dst
Kalau digali masih ada lagi beberapa point lagi, tetapi intinya dalam membuat FMEA harus dipastikan mindset kita sudah sama, ya mengurangi risk. Membuat FMEA di perusahaan, sebenarnya lebih banyak merubah pola pikir kita sendiri dan itulah keuntungan yang terbesar dari bekerja, bukan hanya GAJInya saja.
Salam